Palangka Raya | Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar Hasupa Hasundau refleksi 67 Tahun Kalteng, yang dihadiri oleh perwakilan DAD dari kabupaten dan kota se-Kalteng serta para Damang se-Kota Palangka Raya.
Acara Hasupa Hasundau itu berlangsung di Aula Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Kalteng, Jl. Letjen S Parman, No. 01, Palangka Raya, Selasa (4/6/24).
“Hasupa hasundau ini digelar dalam rangka membahas berbagai persoalan strategis yang sedang dihadapi oleh masyarakat Dayak di Kalteng. Salah satu isu utama yang dibahas dalah bursa karbon,” kata Ketua Umum DAD Kalteng, H. Agustiar Sabran melalui Sekretaris Umum (Sekum), Yulindra Dedy.
DAD Kalteng menilai bahwa potensi besar Kalimantan Tengah dalam perdagangan karbon perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. DAD harus memastikan bahwa masyarakat Dayak mendapatkan manfaat maksimal dari perdagangan karbon ini, tanpa merusak lingkungan dan budaya lokal.
Selain itu, muatan lokal di sekolah juga menjadi sorotan. DAD Kalteng juga mendorong agar muatan lokal yang mencakup bahasa dan budaya Dayak diintegrasikan lebih kuat dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah se-Kalteng.
“Pendidikan adalah kunci untuk melestarikan budaya kita. Generasi muda harus mengetahui dan bangga akan warisan budaya dayak,” ujarnya.
Lebih lanjut kata Dedy, isu konflik antara masyarakat dengan perusahaan juga dibahas secara mendalam. Banyaknya konflik agraria antara masyarakat Dayak dengan perusahaan perkebunan dan pertambangan menjadi perhatian serius.
“DAD Kalteng menyerukan agar pemerintah dan perusahaan lebih responsif terhadap hak-hak masyarakat adat. Kami tidak menolak investasi, tapi harus ada keseimbangan dan keadilan,” tegasnya.
Hasupa Hasundau kali ini juga diharapkan berhasil merumuskan beberapa rekomendasi strategis yang akan disampaikan kepada pemerintah daerah dan pusat.
“Ini adalah langkah awal, perjuangan kita masih panjang, tapi dengan kerja keras dan kesatuan, kita pasti bisa mencapai tujuan bersama,” pungkasnya. (mnc-perdi).