Maharati News – Palangka Raya, Pembentukan jati diri atau karakter ini menjadi modal dasar dalam membangun bangsa. Dengan karakternya, ia memiliki kepribadian yang jujur, toleransi, suka gotong royong, pekerja keras (tidak malas), mempunyai sifat setia, pemberani, dan lainnya.
Hal tersebut disampaikan Erlin Hardi sebagai Ketua Forum Alumni Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya (UPR) dalam kegiatan Orientasi Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik UPR Tahun 2022, Senin (13/6/22) siang.
Pada acara tersebut, Erlin Hardi diminta menyampaikan materi tentang Urgensi Pembangunan Karakter (Character Building) Manusia dan Jati Diri Bangsa Indonesia.
Character Building merupakan sebuah upaya dalam membangun serta membentuk akhlak dan budi pekerti seseorang menjadi lebih baik, atau dengan kata lain bahwa character building adalah upaya membangun karakter. Ambil contoh, Karakter orang jepang melalui sikap dan budaya disiplin telah ditanamkan sejak dini.
Karakter / watak merupakan sifat batin yang akan memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang ada pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya.
“Karakter pada dasarnya jauh lebih baik daripada dengan sekedar perkataan. Selain itu, karakter ialah pilihan yang dapat menentukan sebuah tingkat kesuksesan dari seseorang,” kata Erlin Hardi mengutip pendapat Maxwell.
“Karakter adalah sebuah nilai yang telah terpatri di dalam diri seseorang melalui pengalaman, pendidikan, pengorbanan, dan percobaan, serta juga pengaruh lingkungan yang kemudian dipadukan dengan nilai-nilai yang terdapat pada diri seseorang, dan menjadi nilai intrinsik yang dinyatakan di dalam sistem daya juang yang kemudian melandasi sikap dan perilaku, serta pemikiran seseorang,” sambungnya mengutip dari Soemarno Soedarsono.
Tambahnya, lalu bagaimana dengan jati diri kita dan bangsa ini. 77 tahun bangsa Indonesia telah merdeka, namun belum juga mapan dalam jati dirinya, dan bahkan kehilangan karakternya.
“Korupsi, politik uang, tidak jujur/ berbohong/ tidak menepati janji, malas/ budaya instan, pemeras/ pemalak, dan penakut, menjadi karakter negatif yang mudah kita temukan dalam keseharian kita,” sebut Erlin.
Bahkan juga hal-hal yang dianggap biasa, seperti; pembuatan SIM yang cukup dengan membayar oknum petugas, pembuatan KTP juga dengan cara membayar oknum petugas, membuang sampai di jalan, melanggar rambu lalu lintas, suap menyuap untuk menjadi PNS atau apa saja, menegakkan kebenaran malah diusir.
“Lalu bagaimana? Apa yang harus dilakukan? Kita harus berubah! Bangsa Indonesia harus berubah menjadi berkarakter membangun jati dirinya. Mulailah kita merekayasa diri menjadi berkarakter Pancasila, Bhineka Tunggal Ika,” imbuh Erlin yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi Kalteng.
Itulah kenapa karakter menjadi modal dasar dalam membangun bangsa. Karena, Karakter Menunjukan siapa Anda sebenarnya, Karakter Menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, Karakter menentukan Sikap, Perkataan dan Tindakan seseorang, Hampir setiap masalah dan kesuksesan yang dicapai berakar pada Karakter, dan Karakter dapat merubah pola pikir menjadi pribadi yang lebih baik. (Perdi/MN).