Palangka Raya | Lonjakan harga gas elpiji 3 kg di Palangka Raya kian menambah beban masyarakat, terutama kalangan kurang mampu. Di tengah keterpurukan ekonomi yang sudah menghimpit, warga mengeluhkan minimnya perhatian dari pemerintah terhadap persoalan ini.
Harga yang melonjak drastis, bahkan mencapai Rp 60.000 per tabung, seakan menjadi tamparan keras bagi mereka yang menggantungkan hidup pada subsidi energi.
Dukel Kasjaya, salah satu warga yang terkena dampak langsung, mengungkapkan kekecewaannya dalam kolom komentar di laman Facebook milik Info Batuah. Ia merespons sebuah berita yang memuat pernyataan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah tentang program cetak sawah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam komentarnya, Dukel dengan tajam menyampaikan kekesalannya.
“Kami masyarakat Kalteng, kurang perhatian dari pemerintah. Contoh, gas elpiji 3 kg terlalu mahal bagi kami masyarakat miskin. Masa, harganya sampai Rp 60.000! Ini sangat memberatkan,” tegas Dukel dengan nada getir, Jumat (20/9/24).
Komentar tersebut mencerminkan keresahan yang dirasakan banyak warga lainnya, yang juga mengeluhkan betapa mahalnya kebutuhan pokok, sementara penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Meski pemerintah daerah telah meluncurkan berbagai program kesejahteraan, seperti yang disampaikan dalam berita terkait cetak sawah, masalah fundamental seperti akses energi murah tampaknya masih belum mendapat perhatian yang memadai.
Lonjakan harga ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan pusat untuk segera mengambil tindakan nyata. Pertanyaan besar kini mengemuka: akankah jeritan warga miskin akan direspons pemerintah dengan tindakan konkrit, atau hanya sekadar janji-janji manis di atas kertas?
Masyarakat Palangka Raya menunggu jawaban. (mnc-perdi).