Palangka Raya | Di tengah kemegahan kota-kota besar yang ada di wilayah Kalimantan Tengah, masih banyak sudut-sudut yang masih terabaikan. Desa-desa terpencil sering kali hidup dalam kegelapan, dengan akses listrik yang terbatas. Namun, berkat upaya luar biasa dari Pemerintah Provinsi Kalteng, di bawah kepemimpinan Gubernur Sugianto Sabran, harapan baru muncul. Proyek ACCESS (Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality) kini menjadi jembatan bagi masyarakat desa untuk meraih cahaya kehidupan yang lebih baik.
Proyek ini adalah hasil kolaborasi antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Kementerian Administrasi Negara Republik Timor-Leste, dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), dengan dukungan dana dari Korea International Cooperation Agency (KOICA). Tujuannya jelas: untuk menghadirkan akses dasar, khususnya listrik dan air bersih, bagi masyarakat yang tinggal di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), yang selama ini hidup dalam keterbatasan.
Proyek ACCESS dilaksanakan sejak 2020, dengan target mengeliminasi ketidakadilan energi di 22 lokasi di empat provinsi Indonesia, termasuk Kalteng. Di wilayah ini, proyek tersebut menyentuh kehidupan masyarakat di Kabupaten Barito Selatan, Kecamatan Dusun Selatan, dengan desa Danau Masura dan Desa Muara Ripung, serta di Kabupaten Lamandau, Kecamatan Bulik Timur, Desa Kawan Batu, dan Kecamatan Bulik, Desa Tamiang. Proyek ini berhasil menghadirkan 225,1 KWP dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), yang kini menyuplai listrik bagi 455 rumah tangga.
Keberhasilan ini tak hanya terletak pada pemasangan infrastruktur listrik, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalteng, Vent Christway, mengungkapkan pentingnya keberlanjutan dari proyek ini.
“Kami telah menempatkan fasilitator desa, atau Patriot Energi ACCESS Program (PEAP), di setiap lokasi PLTS sejak 2021. Mereka menjadi ujung tombak dalam memfasilitasi kesiapan masyarakat dalam mengelola sistem ini,” katanya dengan semangat, Jumat (27/9/24).
Vent melanjutkan, bahwa PEAP juga berperan dalam merekrut operator lokal yang telah dilatih dan bersertifikat untuk memastikan sistem pembangkit listrik tersebut dapat beroperasi dengan baik. “Kami ingin mereka tidak hanya menerima manfaat listrik, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang pembangkit energi dan pemeliharaannya,” tambah Vent, menjelaskan langkah-langkah untuk memastikan proyek ini berkelanjutan.
Dengan pencapaian ini, Pemprov Kalteng melalui Dinas ESDM Kalteng menargetkan untuk mencapai 100% desa berlistrik pada tahun 2024, lebih cepat dari target yang ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Kalteng 2021-2026. “Kami berharap proyek ini dapat berkontribusi signifikan dalam meningkatkan rasio elektrifikasi, rasio desa berlistrik, serta bauran energi di Kalteng,” ujar Vent dengan penuh harapan.
Proyek ACCESS ini bukan hanya soal menyediakan listrik, tetapi juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik. Ketika malam datang, desa-desa yang sebelumnya terisolasi kini tak lagi terbenam dalam kegelapan, tetapi diterangi oleh harapan dan mimpi-mimpi baru. Seiring berjalannya waktu, proyek ini diharapkan dapat menyentuh lebih banyak desa, membawa cahaya yang lebih luas, dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi masyarakat Kalimantan Tengah. (mnc-perdi)