Kotawaringin Timur | Suasana penuh harapan terasa di aula Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sampit saat para petugas berkumpul untuk melaksanakan rapat evaluasi Sub Seksi Kegiatan Kerja mengenai program pembinaan kemandirian narapidana pada Kamis, (03/10/24).
Dalam pertemuan ini, semua pihak sepakat bahwa pembinaan narapidana bukan sekadar hukuman, tetapi sebuah proses yang harus menciptakan peluang dan mengembalikan martabat mereka sebagai bagian dari masyarakat.
Ahmad Syafiuddin, Kasubsi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIB Sampit, dengan penuh semangat menyampaikan harapannya bahwa setiap program yang telah dijalankan dapat menjadi jalan pembuka bagi narapidana untuk membangun masa depan yang lebih baik.
“Rapat evaluasi ini sangat penting, bukan hanya untuk memastikan program berjalan dengan baik, tetapi juga untuk melihat dampak nyata yang dirasakan oleh para narapidana. Kami ingin mereka tidak hanya menjalani masa hukuman, tapi juga bangkit sebagai pribadi yang mandiri dan berdaya,” ungkap Syafiuddin dengan nada penuh keyakinan.
Ia juga menekankan bahwa keberhasilan program ini tidak dapat dicapai hanya dengan usaha sepihak. Menurutnya, kolaborasi yang baik antara petugas dan narapidana adalah kunci utama untuk mencapai tujuan pembinaan yang maksimal.
“Kami, sebagai petugas, bukan sekadar pengawas. Kami adalah fasilitator untuk mereka menemukan kembali jati diri dan kemampuan mereka. Kami percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, setiap narapidana bisa menemukan kembali jalan hidup yang lebih baik,” lanjut Syafiuddin dengan nada yang tulus.
Terpisah, Kepala Lapas Kelas IIB Sampit, Meldy Putera, menambahkan bahwa keberhasilan program pembinaan kemandirian ini tidak hanya berdampak pada narapidana itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas. Baginya, setiap individu yang mampu bangkit dari keterpurukan membawa harapan bagi keluarga, komunitas, dan generasi mendatang.
“Saat seorang narapidana berhasil mengubah hidupnya, itu bukan hanya kemenangan bagi dia, tetapi juga bagi kita semua. Kita harus melihat ini sebagai bagian dari tanggung jawab sosial kita, bukan hanya sebagai tugas institusi,” tutur Meldy dengan penuh keyakinan.
Lebih lanjut, Meldy menjelaskan bahwa program pembinaan yang diterapkan di Lapas Kelas IIB Sampit mencakup berbagai keterampilan kerja, seperti kerajinan tangan, hingga pelatihan teknis yang bisa diaplikasikan setelah narapidana bebas. Menurutnya, hal ini penting untuk memastikan narapidana memiliki bekal keterampilan yang relevan di dunia luar.
“Kemandirian itu tidak hanya berarti bisa bertahan hidup, tapi juga bisa menjadi individu yang produktif dan berguna bagi orang lain. Kami ingin mereka bebas dengan rasa percaya diri, mengetahui bahwa mereka punya tempat di masyarakat,” ucapnya dengan mata berbinar.
Rapat evaluasi ini pun ditutup dengan optimisme bahwa setiap narapidana berhak mendapatkan kesempatan kedua, dan bahwa program pembinaan kemandirian yang tepat dapat mengubah kehidupan mereka secara signifikan. Dengan tekad yang sama, Lapas Kelas IIB Sampit terus bergerak maju untuk mewujudkan visi tersebut. (mnc-perdi)