Palangka Raya | Sebuah kenyataan yang memilukan terungkap dari data terbaru mengenai kasus HIV berdasarkan orientasi seks di Kota Palangka Raya tahun 2024. Berdasarkan laporan, mayoritas kasus HIV di kota ini terjadi pada laki-laki, khususnya mereka yang tergolong dalam komunitas LSL (Laki-laki Suka Laki-laki).
Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Kota Palangka Raya, Dedi Purwantoro, dengan suara berat menyampaikan kepada media ini setelah pembukaan Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan AIDS di Provinsi Kalimantan Tengah.
“Mayoritas pengidap memang laki-laki, khususnya mereka yang tergolong LSL. Ini menunjukkan ada korelasi erat antara perilaku seksual berisiko dan penyebaran HIV di sini,” ujarnya tegas, Rabu pagi (9/10/24).
Lebih lanjut, Dedi dengan penuh harap menyampaikan pesan mendalam kepada masyarakat, terutama para orang tua. “Harapannya dari pemerintah kota, khususnya kepada orang tua, agar lebih memperhatikan anak-anak mereka. Ini bukan hanya soal HIV, tetapi perilaku hidup yang baik, menjaga mereka dari pergaulan bebas yang sering kali menjadi awal dari perilaku menyimpang,” tuturnya.
“Kita semua berharap kasus-kasus ini bisa ditekan dengan cara membangun kesadaran di masyarakat, terutama keluarga. Jika ada anggota keluarga yang terkena, jangan langsung dijauhi. Mereka memang melakukan kesalahan, tetapi setiap manusia berhak berubah dan berusaha menjadi lebih baik,” pesannya dengan suara yang seolah-olah menahan kesedihan.
Dedi juga menekankan pentingnya layanan kesehatan yang tersedia. “Mudah-mudahan dengan adanya layanan, masyarakat tidak malu untuk memeriksakan diri. Jangan takut, karena dukungan keluarga dan masyarakat sangat berarti bagi mereka yang terinfeksi. Kita harus saling menjaga,” tambahnya, memberikan secercah harapan di tengah keheningan yang menyelimuti suasana rapat.
Data terbaru yang dibagikan dalam rapat menunjukkan, dari keseluruhan kasus HIV di Palangka Raya, 52% berasal dari kelompok homoseksual, sedangkan 48% sisanya dari hubungan heteroseksual. Fakta ini menyoroti betapa pentingnya pemahaman akan risiko-risiko perilaku seksual yang tidak aman. (mnc-perdi)