Palangka Raya |Berdasarkan Dari data yang disajikan BPS, impor terbesar Kalimantan Tengah berasal dari kelompok barang bahan bakar mineral, yang mendominasi hingga 52,13% dari total nilai impor. Barang ini mayoritas diimpor dari Singapura.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, saat memaparkan data terbaru terkait aktivitas impor provinsi pada bulan Juli 2024, Senin (2/9/24).
Impor bahan bakar mineral, terutama aspal, menjadi kebutuhan utama Kalimantan Tengah di bulan tersebut. Selain itu, kelompok barang lain yang cukup besar kontribusinya adalah pupuk, khususnya kalium klorida, dengan porsi sebesar 18,88%. Mesin dan pesawat mekanik, seperti ketel uap dan boiler, juga mencatatkan angka impor yang sama, yakni 18,88%.
Dari segi negara asal, Singapura menjadi pemasok terbesar dengan kontribusi yang identik dengan porsi impor aspal, yaitu 52,13%. Diikuti oleh Malaysia dengan 26,86%, yang memasok berbagai barang seperti ketel uap/boiler, kendaraan bermotor, dan bahan baku seperti garam, belerang, serta kapur. Federasi Rusia berada di urutan ketiga, menyumbang 19,15% dari total impor, terutama dalam bentuk pupuk.
“Data ini menggarisbawahi ketergantungan Kalimantan Tengah terhadap impor dari Singapura dan Malaysia untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dan bahan baku industri,” ujar Agnes Widiastuti dalam pernyataannya.
Dengan dominasi impor oleh bahan bakar mineral, serta ketergantungan terhadap negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, Kalimantan Tengah dihadapkan pada tantangan besar dalam hal diversifikasi sumber impor dan penguatan produksi lokal untuk memastikan keberlanjutan ekonomi di masa mendatang. (mnc-perdi)