Palangka Raya | Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terus berkomitmen untuk memaksimalkan potensi Sungai Kapuas Murung sebagai jalur keluar utama berbagai komoditas di wilayahnya. Ini merupakan gagasan lama yang telah diinisiasi sejak tahun 2003. Kala itu, Kalimantan Tengah dikenal sebagai penghasil “emas hijau” (kayu), namun tidak menikmati dampak ekonominya karena sumber daya tersebut lebih banyak tercatat di provinsi tetangga, Kalimantan Selatan.
Situasi serupa juga terjadi di sektor pertambangan, terutama dari wilayah Barito. Sumber daya alam yang berasal dari Kalimantan Tengah lebih sering keluar melalui Kalimantan Selatan, sebab Sungai Kapuas Murung belum mampu dilalui kapal-kapal besar.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, Yulindra Dedy, menyampaikan, komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk optimalisasi alur pelayaran Sungai Kapuas Murung saat ini mencapai progres yang signifikan,” kata Yulindra, Kamis (12/9/24).
Ia menambahkan bahwa studi dan administrasi terkait pelaksanaan Ship To Ship (STS) di Muara Sungai Kapuas Murung telah selesai. Saat ini, proses optimalisasi alur sungai dari Pelabuhan Rangga Ilung di Kabupaten Barito Selatan hingga Muara Kapuas Kabupaten Kapuas sedang berjalan. Semua ini dilakukan melalui skema Public Private Partnership (PPP) tanpa sepenuhnya bergantung pada APBN atau APBD.
Menurut Yulindra, optimalisasi Sungai Kapuas Murung akan memberikan dampak positif yang besar bagi Kalimantan Tengah. “Dengan adanya Ship to Ship di Muara Kapuas, kapal-kapal besar dapat berlayar langsung melalui Sungai Kapuas Murung, mengurangi ketergantungan pada alur Sungai Barito. Ini akan mendorong perekonomian daerah dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),” jelasnya.
Yulindra juga berharap dukungan semua pihak untuk mewujudkan mimpi ini. “Kami mohon dukungan agar kemandirian pencatatan hasil ekspor untuk Kalimantan Tengah segera terealisasi,” pungkasnya. (mnc-perdi)