Palangka Raya | Suasana di Hotel Best Western Palangka Raya pagi itu terasa penuh dengan keseriusan. Para pemangku kebijakan dari berbagai instansi duduk bersama dalam Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan AIDS di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2024, dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dalam penanganan HIV/AIDS, Rabu pagi (9/10/24).
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Kalimantan Tengah, Saidah Suryani, tak dapat menyembunyikan keprihatinannya saat diwawancarai oleh media. Dengan suara bergetar, ia memaparkan kondisi terkini penanganan HIV di Kalteng.
“Terus terang, bersebulanan ini saya mendapat info pasien HIV-AIDS yang sudah meninggal di Kalimantan Tengah ada 3 atau 4 orang. Yang terbaru, update-nya Juli kemarin, kalau nggak salah pengidap HIV/AIDS ada 2.700 kasus di provinsi ini. Dan yang terbesar di mana? Palangka Raya,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Lebih lanjut, Saidah menyampaikan bahwa mayoritas pengidap HIV di Palangka Raya berada dalam rentang usia produktif, antara 25 hingga 50 tahun. “Mayoritas pengidap itu usia produktif, yaitu pelajar, mahasiswa, dan orang tua yang masih di bawah 50 tahun. Jadi kalau ditanya siapa yang paling banyak? Ya, usia produktif ini yang paling rentan,” lanjutnya.
Fakta tersebut mencengangkan, apalagi mengingat banyak dari mereka adalah generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung masa depan daerah.
Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Kota Palangka Raya, Dedi Purwantoro, turut angkat bicara. Ia mengakui tingginya angka kasus HIV di Palangka Raya disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari mobilitas penduduk hingga kota yang semakin terbuka.
“Memang kita tidak bisa pungkiri, karena Palangka Raya ini kota yang terbuka, banyak migrasi masyarakat, dan dengan itu juga terjadi berbagai interaksi yang memperbesar risiko penularan HIV. Namun, dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh dinas teknis, berkolaborasi dengan KPA dan komunitas masyarakat lainnya, kami harap angka penularan maupun kasus baru bisa ditekan,” jelas Dedi dengan optimis.
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Palangka Raya, dr. Hendy, juga menambahkan bahwa berbagai upaya sudah dilakukan untuk memerangi penyebaran HIV/AIDS, mulai dari penyuluhan hingga peningkatan akses pelayanan kesehatan.
“Kami di Dinas Kesehatan sudah memiliki program untuk menanggulangi kasus HIV. Ada lima puskesmas di kota ini yang menjadi pusat layanan bagi pasien HIV, seperti Puskesmas Pahandut, Panarung, Jekan Raya, Marina, dan Meteng. Selain itu, beberapa rumah sakit juga siap melayani pasien dengan PDP (Program Diagnosis Pasien),” paparnya.
Saat ditanya tentang profil pengidap HIV di Palangka Raya, dr. Hendy mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki, terutama di kalangan komunitas LSL (laki-laki suka laki-laki). “Mayoritas pengidap memang laki-laki, khususnya mereka yang tergolong LSL. Ini menunjukkan ada korelasi erat antara perilaku seksual berisiko dan penyebaran HIV di sini,” jelasnya.
Dari rapat ini, jelas terlihat bahwa penanganan HIV/AIDS di Palangka Raya membutuhkan upaya kolaboratif yang lebih intensif. Para pemangku kebijakan, organisasi masyarakat, serta seluruh lapisan warga diharapkan dapat bahu-membahu dalam melawan epidemi ini.
“Kita harus bergerak cepat, bukan hanya untuk menyelamatkan mereka yang sudah terinfeksi, tapi juga melindungi generasi muda kita dari ancaman HIV. Jika tidak, kita akan kehilangan masa depan,” tutup Dedi Purwantoro dengan penuh harap. (mnc-perdi)