Palangka Raya | Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Perkebunan (Disbun) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan komoditas kakao di wilayah tersebut. Kakao, yang selama ini masih kalah bersaing dengan komoditas unggulan lain seperti kelapa sawit dan karet, kini mulai diproyeksikan sebagai pilar baru untuk mendongkrak kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng, H. Rizky Badjuri, menjelaskan bahwa langkah ini sejalan dengan arahan Gubernur H. Sugianto Sabran, yang bertekad untuk menjadikan kakao sebagai salah satu komoditas unggulan Kalimantan Tengah.
“Langkah ini penting tidak hanya untuk mendiversifikasi ekonomi daerah, tetapi juga untuk memberikan peluang baru bagi para petani lokal,” ucapnya, Rabu (2/10/2024) siang. Kata-kata Rizky mencerminkan keyakinan bahwa kakao dapat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Dalam rangka mendukung petani kakao, Rizky menyebutkan berbagai bentuk dukungan yang akan diberikan, mulai dari penyediaan bibit kakao premium, pupuk, hingga pelatihan dan pendampingan teknis. “Kami sadar, petani adalah ujung tombak pengembangan komoditas ini. Oleh karena itu, kami memberikan mereka alat dan pengetahuan agar hasil kakao mereka bisa optimal,” katanya dengan penuh antusiasme.
Dukungan tersebut bertujuan agar para petani tidak hanya menjadi penghasil, tetapi juga pelaku aktif dalam rantai nilai komoditas kakao. Lebih dari itu, Pemprov Kalteng juga berupaya memastikan pasar yang lebih luas dan stabil untuk kakao yang dihasilkan.
Dalam kolaborasi dengan Yayasan Good Forest Indonesia, program pengembangan kakao di wilayah-wilayah seperti Barito Utara, Barito Selatan, Barito Timur, dan Murung Raya diharapkan mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi baru. “Potensi pengembangan kakao di wilayah ini sangat besar. Lahan yang ada tidak hanya luas, tetapi juga sangat mendukung tanaman kakao untuk berkembang tanpa harus merusak ekosistem,” tambah Rizky dengan penuh optimisme.
Dalam data terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, luas perkebunan kakao rakyat di Kalimantan Tengah pada Desember 2021 tercatat mencapai 2.878 hektar, dengan produksi mencapai 1.557 ton. Kakao dinilai sebagai tanaman ramah lingkungan karena bisa ditanam di kawasan hutan sosial, yang tidak hanya menjaga ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.
“Kakao bukan hanya sekedar komoditas, tetapi harapan bagi para petani dan masyarakat sekitar, yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi yaitu lebih dari Rp100 ribu rupiah per kilo geramnya,” ungkap Rizky.
Dengan semangat yang meyakinkan, Rizky Badjuri menyatakan, “Kami berkomitmen untuk terus mendampingi para petani dalam upaya menjadikan kakao sebagai pilar penting bagi perekonomian Kalimantan Tengah.” Pernyataan ini menegaskan bahwa pemerintah tidak hanya melihat kakao sebagai komoditas semata, tetapi juga sebagai alat untuk memberdayakan masyarakat.
Melalui program pengembangan kakao ini, harapan untuk masa depan yang lebih baik kini mulai terwujud di Kalimantan Tengah. Kombinasi antara dukungan pemerintah dan semangat petani menciptakan sinergi yang positif, membawa harapan baru bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Saat kakao tumbuh subur, begitu pula harapan untuk perubahan yang lebih baik di tengah masyarakat. (mnc-perdi)